ROTI BUAYA LAMBANG CINTA DARI BETAWI




Kala itu wilayah Jakarta memiliki 13 sungai yang menyebar luas, dan di masing-masing sungai terdapat buaya. Masyarakat Betawi juga mengetahui bagaimana pola hidup buaya yang hanya kawin sekali seumur hidupnya, dan tidak kawin dengan buaya lain meskipun pasangannya mati maupun menghilang.

Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat roti buaya sebagai ungkapan perasaan kepada pasangan mereka. Sama seperti orang Eropa yang mengungkapkan perasaan dengan memberi bunga. Dar pola hidup buaya itulah yang menjadikan roti buaya menjadi simbol kesetiaan.

Dalam adat Betawi, roti buaya dibawa saat acara pernikahan oleh pengantin laki-laki untuk diberikan kepada pengantin wanita. Roti yang diberikan tersebut dibuat sepasang, dimana yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yang diletakkan di atas punggungnya atau di samping. Hal itu dimaknai sebagai kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu.

Selain kesetiaan, roti buaya juga dilambangkan sebagai simbol kesabaran karena buaya selalu bergerak tenang ketika mencari mangsanya. Makanan ini juga dianggap melambangkan kejantanan. Hingga kini, roti buaya masih diyakini sebagai bentuk kesetiaan dan dijumpai dalam acara pernikahan masyarakat Betawi.


https://www.beritasatu.com/nusantara/1049281/sejarah-roti-buaya-makanan-khas-betawi-yang-jadi-lambang-kesetiaan



 

Komentar